Rabu, 08 Oktober 2025

Fenomena Supermoon 2025: Alasan Bulan Tampak Lebih Besar

Fenomena Supermoon 2025: Alasan Bulan Tampak Lebih Besar
Fenomena Supermoon 2025: Alasan Bulan Tampak Lebih Besar

JAKARTA - Langit malam kembali menjadi pusat perhatian publik. Dalam beberapa waktu terakhir, fenomena alam bernama Supermoon atau Superbulan menjadi pembicaraan hangat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Banyak orang terpesona melihat Bulan yang tampak lebih besar dan lebih terang daripada biasanya. Namun, di balik keindahan itu, tersimpan penjelasan ilmiah yang menarik tentang bagaimana dan mengapa fenomena ini bisa terjadi.

Supermoon sendiri bukan sekadar istilah populer, melainkan fenomena astronomi yang memiliki dasar ilmiah. Kejadian ini terjadi ketika fase Bulan Purnama bertepatan dengan posisi terdekat Bulan terhadap Bumi dalam orbitnya, yang disebut perigee. Saat dua kondisi ini beriringan, jarak antara Bumi dan Bulan menjadi lebih dekat dari biasanya, sehingga penampakan Bulan tampak membesar di langit malam.

Baca Juga

Fenomena Hari Tanpa Bayangan Terjadi di Jakarta Utara

Mengapa Supermoon Terlihat Lebih Besar?

Orbit Bulan tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan elips. Karena bentuk orbit yang oval tersebut, jarak Bulan dari Bumi selalu berubah-ubah setiap bulannya. Ada titik terdekat yang disebut perigee dan titik terjauh yang disebut apogee. Ketika Bulan mencapai titik perigee bertepatan dengan fase purnama, itulah yang disebut Supermoon.

Secara kasat mata, Bulan Supermoon bisa terlihat hingga 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan Bulan Purnama biasa. Perbedaan ini cukup jelas terutama ketika Bulan muncul di dekat cakrawala, di mana efek ilusi optik membuatnya tampak lebih besar lagi. Fenomena visual ini membuat Supermoon sering menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para penggemar astronomi dan fotografer.

Namun, meskipun tampak lebih besar dan bercahaya, Supermoon sebenarnya tidak membawa perubahan drastis di Bumi. Perbedaan jarak sekitar 40–50 ribu kilometer antara perigee dan apogee tidak cukup untuk menimbulkan efek ekstrem secara geologis. Meski begitu, ada satu aspek alami yang memang terpengaruh secara nyata: pasang surut air laut.

Dampak Supermoon terhadap Bumi

Secara ilmiah, Supermoon memiliki hubungan langsung dengan gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, terutama pada lautan. Saat Bulan berada lebih dekat, tarikan gravitasinya meningkat, menyebabkan pasang naik (high tide) menjadi lebih tinggi dan pasang surut (low tide) menjadi lebih rendah dari biasanya. Fenomena ini dikenal sebagai pasang perigee.

Dampak tersebut biasanya terasa di wilayah pesisir rendah, di mana peningkatan pasang laut bisa menimbulkan banjir rob. Namun, para ahli menegaskan bahwa efek ini masih dalam batas wajar dan bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa Supermoon dapat memicu gempa bumi atau bencana besar lainnya seperti yang sering dispekulasikan di media sosial.

Sebaliknya, fenomena ini justru menjadi pengingat tentang keteraturan sistem tata surya dan bagaimana gaya gravitasi memengaruhi kehidupan di Bumi, mulai dari pasang surut laut hingga stabilitas rotasi planet.

Supermoon: Bukan Kejadian Langka

Meski banyak dianggap sebagai peristiwa istimewa, Supermoon sebenarnya bukan fenomena langka. Dalam satu tahun, peristiwa ini dapat terjadi beberapa kali, tergantung pada keselarasan posisi Bulan dan Bumi. Tahun 2025 sendiri menjadi salah satu tahun di mana Supermoon terjadi berulang kali.

Setelah Supermoon yang terlihat pada 7 Oktober 2025, dua peristiwa serupa diperkirakan akan kembali terjadi pada 5 November dan 4 Desember 2025. Ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan keindahan Supermoon lebih dari sekali dalam waktu berdekatan.

Bagi penggemar astronomi, momen tersebut merupakan waktu yang ideal untuk mengamati perbedaan visual antara Bulan biasa dan Bulan Supermoon. Perbedaan kecerahan dan ukuran dapat dibandingkan dengan menggunakan teleskop, kamera DSLR, atau bahkan dengan mata telanjang di langit yang cerah tanpa polusi cahaya.

Fenomena Alam yang Memesona dan Edukatif

Supermoon bukan hanya peristiwa astronomi yang indah, tetapi juga sarana edukatif untuk memperkenalkan sains kepada masyarakat luas. Banyak lembaga observatorium dan komunitas astronomi lokal memanfaatkan momen ini untuk mengadakan acara pengamatan publik, memperkenalkan konsep orbit, gravitasi, dan siklus fase Bulan kepada generasi muda.

Melalui fenomena ini, publik diingatkan bahwa sains dan keindahan alam saling berkaitan erat. Di balik setiap momen langit yang menakjubkan, terdapat hukum-hukum fisika yang bekerja dengan harmoni dan presisi. Supermoon mengajarkan bahwa meski perubahan jarak antara Bumi dan Bulan tampak kecil dalam ukuran astronomi, efek visualnya bisa begitu besar bagi manusia di Bumi.

Tidak Perlu Takut, Cukup Kagum

Sebagian masyarakat masih sering mengaitkan fenomena seperti Supermoon dengan pertanda mistis atau bencana. Padahal, para astronom menegaskan bahwa Supermoon adalah peristiwa alami yang rutin dan sepenuhnya aman. Perbedaan jarak yang terjadi hanyalah sebagian kecil dari siklus normal orbit Bulan yang berlangsung selama ratusan ribu tahun tanpa perubahan drastis.

Sebaliknya, fenomena ini seharusnya menjadi ajang untuk meningkatkan apresiasi terhadap alam semesta, sekaligus memperdalam pemahaman tentang bagaimana tata surya bekerja. Bagi para pengamat langit, Supermoon juga menjadi momen sempurna untuk mengambil foto-foto spektakuler atau sekadar menikmati keindahan malam yang diterangi Bulan purnama yang luar biasa cerah.

Menatap Langit, Menyadari Keajaiban

Saat Supermoon kembali muncul di langit Indonesia pada November dan Desember 2025, masyarakat diimbau untuk meluangkan waktu sejenak menatap langit. Tidak perlu teleskop canggih—cukup mencari lokasi yang minim cahaya buatan untuk melihat keindahan alami Bulan dalam wujud terbaiknya.

Fenomena ini mengingatkan bahwa meski teknologi modern telah membawa manusia ke luar angkasa, keajaiban alam seperti Supermoon tetap mampu menghadirkan rasa kagum yang sama besarnya seperti ratusan tahun lalu. Di setiap cahaya yang memantul dari permukaan Bulan, ada kisah tentang keteraturan, keseimbangan, dan keindahan alam semesta yang terus berulang tanpa lelah.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Hujan Angin Terjang Gowa, Ratusan Rumah Rusak Parah

Hujan Angin Terjang Gowa, Ratusan Rumah Rusak Parah

Jadwal Salat Padang 8 Oktober 2025 dan Keutamaannya

Jadwal Salat Padang 8 Oktober 2025 dan Keutamaannya

Jadwal Salat Palembang 8 Oktober 2025 dan Keutamaannya

Jadwal Salat Palembang 8 Oktober 2025 dan Keutamaannya

Ramalan Cuaca Jakarta 8 Oktober 2025, Hujan Sore Hari

Ramalan Cuaca Jakarta 8 Oktober 2025, Hujan Sore Hari

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Saat Peralihan Musim Oktober

BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Saat Peralihan Musim Oktober