Bahaya Sleepmaxxing, Tren Tidur Viral yang Ancam Kesehatan

Selasa, 23 September 2025 | 13:26:18 WIB
Bahaya Sleepmaxxing, Tren Tidur Viral yang Ancam Kesehatan

JAKARTA - Fenomena sleepmaxxing sedang menjadi sorotan publik setelah viral di berbagai platform media sosial. Awalnya, tren ini dipromosikan sebagai cara baru untuk mendapatkan tidur berkualitas. Namun, di balik kepopulerannya, para ahli kesehatan justru mengingatkan bahwa praktik-praktik ekstrem yang muncul dari sleepmaxxing bisa memicu bahaya serius.

Dari menutup mulut dengan plester hingga menggantung leher menggunakan tali, berbagai trik aneh ini banyak diulas oleh influencer TikTok maupun X. 

Sayangnya, meskipun terdengar menjanjikan, sebagian besar metode tidak memiliki dasar ilmiah. Tren ini menunjukkan betapa cepatnya konten tanpa bukti medis dapat menyebar luas, bahkan hingga ditonton puluhan juta kali.

Menurut laporan Arab News (8 Agustus 2025), sleepmaxxing merujuk pada segala upaya untuk mengoptimalkan kualitas tidur, termasuk penggunaan alat, rutinitas, hingga produk tertentu. Naiknya popularitas tren ini memperlihatkan kekuatan media sosial dalam membentuk perilaku kesehatan masyarakat, sekaligus menimbulkan kekhawatiran karena moderasi konten semakin berkurang.

Praktik Tidur Ekstrem yang Viral

Salah satu metode paling kontroversial dalam sleepmaxxing adalah menggantung leher dengan tali atau ikat pinggang, lalu mengayunkan tubuh perlahan selama beberapa menit. Salah satu klip di platform X bahkan ditonton lebih dari 11 juta kali. Unggahan tersebut mengklaim bahwa metode itu dapat membantu mengatasi insomnia.

Namun, praktik tersebut telah memicu peringatan keras. Stasiun penyiaran pemerintah Tiongkok mengaitkan sedikitnya satu kasus kematian dengan rutinitas berbahaya ini. Timothy Caulfield, pakar misinformasi dari University of Alberta, menilai tren itu sebagai hal konyol dan berpotensi mematikan.

"Teknik sleepmaxxing semacam itu konyol, berpotensi berbahaya, dan tanpa bukti. Ini adalah contoh bagus bagaimana media sosial dapat menormalkan hal-hal yang absurd," ujar Caulfield.

Selain itu, sleepmaxxing juga kerap menganjurkan praktik menutup mulut dengan plester saat tidur. Klaimnya, metode ini mendorong pernapasan lewat hidung, mengurangi dengkuran, dan meningkatkan kesehatan mulut. 

Namun, riset dari George Washington University menunjukkan sebagian besar klaim tersebut tidak didukung bukti medis. Bagi penderita sleep apnea, praktik ini bahkan bisa sangat berbahaya.

Dari Tips Sederhana Hingga Kecemasan Baru

Tidak semua ide dalam sleepmaxxing terdengar ekstrem. Beberapa influencer menyarankan cara yang lebih sederhana, seperti mengenakan kacamata berwarna biru atau merah, menggunakan selimut berbobot, hingga makan dua buah kiwi sebelum tidur. Walau terlihat sepele, para ahli tetap menyoroti dampaknya.

Kathryn Pinkham, spesialis insomnia, menilai tren ini justru bisa merugikan sebagian orang.

"Kekhawatiran saya terhadap tren 'sleepmaxxing' adalah bahwa banyak saran yang dibagikan dapat sangat tidak membantu, bahkan merusak, bagi orang-orang yang berjuang dengan masalah tidur yang nyata," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa tips yang tidak terbukti ini bisa meningkatkan tekanan dan kecemasan, khususnya pada penderita insomnia kronis. Alih-alih terbantu, mereka justru terjebak dalam lingkaran stres karena gagal mencapai tidur yang "sempurna".

Fenomena ini berpotensi memicu ortosomnia, yaitu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan tidur karena terobsesi ingin tidur dengan kualitas ideal.

Tekanan untuk Tidur Sempurna

Banyak orang sepakat bahwa tidur nyenyak adalah fondasi kesehatan. Namun, para pakar mengingatkan bahwa standar tidur yang "sempurna" sesungguhnya tidak ada.

Eric Zhou dari Harvard Medical School menjelaskan, “Tekanan untuk mendapatkan tidur yang sempurna tertanam dalam budaya tidur nyenyak. Meskipun memprioritaskan tidur nyenyak patut dipuji, menetapkan kesempurnaan sebagai tujuan justru bermasalah. Bahkan, kualitas tidur yang baik pun berbeda-beda setiap malam.”

Artinya, tidak ada satu formula universal yang bisa menjamin tidur optimal untuk semua orang.

Bisnis di Balik Sleepmaxxing

Popularitas sleepmaxxing juga membuka peluang bisnis. Sejumlah influencer memanfaatkan tren ini untuk memasarkan produk-produk seperti plester mulut, bubuk minuman penambah tidur, hingga permen karet “sleepmax” yang mengandung melatonin.

Namun, penggunaan melatonin sebagai suplemen juga menuai perdebatan. Di beberapa negara seperti Inggris, melatonin hanya bisa didapat dengan resep dokter. Akademi Kedokteran Tidur Amerika bahkan tidak merekomendasikan penggunaannya untuk mengobati insomnia pada orang dewasa karena bukti medis tentang efektivitasnya masih lemah.

Selain itu, beberapa pakar menilai adanya efek plasebo. Pasien insomnia mungkin merasa tidurnya membaik hanya karena percaya bahwa metode atau produk tertentu akan membantu, padahal tidak ada efek fisiologis nyata yang terjadi.

Pinkham menegaskan, “Banyak dari kiat-kiat ini berasal dari orang awam dan tidak didasarkan pada bukti klinis. Bagi orang-orang yang benar-benar mengalami masalah tidur, saran semacam ini seringkali justru menambah tekanan, alih-alih kelegaan.”

Sleepmaxxing menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk gaya hidup masyarakat. Meski beberapa tips mungkin terdengar tidak berbahaya, praktik ekstrem seperti menutup mulut dengan plester atau menggantung leher jelas bisa menimbulkan risiko kesehatan serius.

Alih-alih mengejar tren tanpa dasar ilmiah, pakar menyarankan untuk fokus pada pola tidur sehat yang sudah terbukti, seperti menjaga rutinitas tidur, mengurangi paparan layar sebelum tidur, serta menciptakan lingkungan kamar yang nyaman. Dengan pendekatan ini, tidur berkualitas bisa dicapai tanpa harus terjebak dalam obsesi yang justru berbahaya.

Terkini

Harga BBM Pertamina Hari Ini: Update Lengkap Seluruh Indonesia

Selasa, 23 September 2025 | 16:25:43 WIB

Harga Listrik Prabayar dan Pascabayar PLN Stabil September

Selasa, 23 September 2025 | 16:25:42 WIB

Pilihan 5 Rumah Murah Kota Padang, Tipe 36 Mulai Rp 117 Juta

Selasa, 23 September 2025 | 16:25:41 WIB

Penyaluran KUR Perumahan Siap Dukung UMKM Produktif

Selasa, 23 September 2025 | 16:25:39 WIB

PLN Andalkan Listrik Andal Dukung Stadion BJ Habibie

Selasa, 23 September 2025 | 16:25:38 WIB