
JAKARTA - Mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan kini menjadi fokus utama Danantara. Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara menyiapkan investasi strategis untuk mengembangkan platform konversi sampah menjadi energi (Waste to Energy/WTE) di kota-kota besar Indonesia. Program ini bertujuan tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menyediakan sumber energi bersih yang ramah lingkungan.
Investasi Strategis untuk Waste to Energy
Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara menyiapkan investasi untuk mengembangkan platform konversi sampah menjadi energi (Waste to Energy/WTE). Program ini ditujukan untuk mengatasi persoalan sampah di perkotaan.
Baca Juga
“Salah satu model kita akan coba berinvestasi dengan membuat platform WTE. Dan kembali lagi kolaborasi itu penting. Ini salah satu program penting dari Danantara,” ujar Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, di Jakarta, Kamis, 11 September 2025.
Eksekusi proyek akan dimulai di beberapa kota besar. “Pada akhirnya kita akan coba lihat terutama kota-kota yang bisa menghasilkan sampah 1.000 ton per hari,” kata Stefanus.
Danantara menargetkan kerja sama dengan pemerintah daerah, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, PLN, serta investor swasta nasional maupun global.
“Kolaborasi itu penting, dan ini adalah salah satu contoh nyata proyek atau program dari Danantara dalam berinvestasi yang ada kaitannya erat dengan green environment,” ujarnya.
Teknologi WTE untuk Kota Besar
Teknologi WTE sudah banyak diadopsi kota dan negara lain sebagai solusi jangka panjang pengelolaan sampah. Sistem ini mengubah sampah menjadi listrik atau bahan bakar alternatif, sekaligus mengurangi tekanan terhadap tempat pembuangan akhir (TPA).
Presiden Prabowo sebelumnya menginstruksikan percepatan penanganan sampah melalui pendekatan hulu, seperti tempat pengolahan sampah reduce reuse recycle (TPS-3R) dan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST), serta hilir, seperti WTE dan Refuse-derived Fuel (RDF). Instruksi itu sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, menyebut strategi penanganan sampah sudah disusun bersama berbagai pihak. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, menambahkan ada 33 tempat pembuangan akhir (TPA) yang menjadi fokus konversi sampah menjadi energi.
Menteri Investasi, Rosan Roeslani, menegaskan Danantara siap berinvestasi bersama swasta untuk proyek WTE. Langkah ini memperkuat kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta dalam penyelesaian masalah sampah nasional.
Edukasi Masyarakat dan Sinergi Lintas Sektor
Stefanus menambahkan, proyek WTE juga menjadi sarana edukasi masyarakat perkotaan tentang pengelolaan sampah berkelanjutan. “Kami berharap, masyarakat ikut mendukung melalui pemilahan sampah dari rumah hingga tingkat RT. Ini akan memaksimalkan efisiensi energi yang dihasilkan,” ujar dia.
Danantara berencana memulai pilot project di beberapa kota besar yang memiliki potensi sampah tinggi, termasuk Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Makassar. Dengan target sampah harian mencapai ribuan ton, platform WTE diharapkan mampu menurunkan tekanan TPA sekaligus mendukung kebutuhan listrik lokal.
Selain menghasilkan energi, WTE juga diproyeksikan mampu menurunkan emisi gas rumah kaca. Dengan memanfaatkan sampah sebagai sumber energi, kota-kota besar dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus memberikan solusi lingkungan yang berkelanjutan.
Investasi Lingkungan dan Ekonomi
“Ini bukan sekadar investasi finansial, tetapi juga investasi sosial dan lingkungan. Dengan pendekatan ini, kita menekankan konsep green environment dalam praktik nyata,” tambah Stefanus.
Kolaborasi lintas sektor menjadi fondasi penting proyek ini. Dari pemerintah pusat hingga daerah, hingga investor swasta dan PLN, semua pihak diajak bersama-sama mengawal implementasi platform WTE.
“Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa proyek WTE bisa berjalan efektif jika ada kerja sama yang solid. Danantara akan membawa pengalaman tersebut ke Indonesia, menyesuaikan dengan karakteristik sampah lokal,” terang Stefanus.
Dalam jangka panjang, Danantara menargetkan ekspansi proyek ke kota-kota menengah lain. Potensi sampah yang masih besar di kota-kota ini akan menjadi sumber energi yang produktif dan mendukung pembangunan energi bersih nasional.
Sampah Menjadi Energi dan Peluang Baru
“Dengan memanfaatkan sampah, kita tidak hanya menyelesaikan persoalan lingkungan, tapi juga membuka peluang ekonomi baru, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung target energi nasional,” tutup Stefanus.
Proyek WTE dari Danantara diyakini akan menjadi model bagi pengelolaan sampah kota besar di Indonesia, sekaligus membuktikan bahwa investasi berkelanjutan dapat memberikan manfaat luas, baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan.
Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan. Program ini menunjukkan bahwa pendekatan inovatif dapat mengubah tantangan sampah menjadi peluang energi, sekaligus mendukung agenda green environment yang tengah digalakkan pemerintah.
Dengan langkah strategis ini, Danantara membuka babak baru dalam pengelolaan sampah perkotaan. Energi bersih yang dihasilkan dari sampah diyakini akan menjadi solusi berkelanjutan bagi kota-kota besar, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam inovasi energi terbarukan.

Sutomo
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia
- 11 September 2025
2.
Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery
- 11 September 2025
3.
Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global
- 11 September 2025
4.
Jadwal Pelni KM Nggapulu September Oktober 2025
- 11 September 2025
5.
HUT KAI 2025 Hadirkan Promo Diskon Tiket Spesial
- 11 September 2025