Senin, 08 September 2025

PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia

PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia
PLTS Dorong Pemanfaatan Energi Bersih di Indonesia

JAKARTA - Pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Indonesia semakin meningkat. Di tengah tantangan krisis energi global dan kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon, energi surya muncul sebagai solusi utama. Namun, pengembangan energi terbarukan ini masih menghadapi hambatan. Beberapa kendala yang muncul antara lain regulasi yang berubah-ubah, akses pembiayaan terbatas, dan rantai pasok domestik yang belum optimal. Meski begitu, momentum percepatan PLTS harus dimanfaatkan agar energi bersih dapat dinikmati semua lapisan masyarakat.

Manajer Program Akses Energi Berkelanjutan IESR, Marlistya Citraningrum, menekankan pentingnya kebijakan yang konsisten, akses pembiayaan adil, dan partisipasi aktif masyarakat. Tren penggunaan PLTS berbeda pada setiap skala, mulai dari elektrifikasi desa, pemenuhan kebutuhan industri, hingga pembangkit skala utilitas. Menurutnya, energi surya adalah kunci transisi energi bersih. Dengan potensi lebih dari 7 terawatt, Indonesia memiliki peluang besar untuk melompat ke masa depan yang lebih hijau.

Penerapan PLTS untuk Semua Lapisan

Baca Juga

Harga BBM Terbaru September 2025 Tetap Stabil

Marlistya menegaskan, pemanfaatan PLTS jangan hanya terbatas pada industri besar. Sekolah, pesantren, UMKM, hingga rumah tangga juga harus menjadi sasaran utama. Dengan demikian, distribusi energi bersih akan merata, dan manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. PLTS atap dan skala kecil kini mulai banyak diterapkan di rumah-rumah penduduk maupun fasilitas publik. Langkah ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya energi bersih sekaligus untuk menekan biaya listrik.

Hingga Mei 2025, kapasitas terpasang PLTS nasional telah melampaui 1.000 megawatt. Tren ini paling terlihat di Jawa Tengah dan DKI Jakarta, di mana ratusan rumah tangga, UMKM, sekolah, dan pesantren telah mengadopsi PLTS. Di sektor industri, perusahaan besar memasang PLTS atap untuk menekan biaya listrik sekaligus memenuhi tuntutan pasar ekspor yang menekankan penggunaan energi bersih.

Target Kapasitas Nasional dan Program Pemerintah

Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), PT PLN (Persero) menargetkan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya sekitar 17,1 gigawatt untuk periode 2025-2034. Selain itu, pemerintah meluncurkan program 100 GW PLTS yang akan dikembangkan secara tersebar hingga desa-desa. Program ini diharapkan menjadi dorongan nyata bagi percepatan transisi energi di Indonesia sekaligus membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat desa.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan KESDM, Andriah Feby Misna, menyebutkan bahwa pemerintah sedang menyusun regulasi untuk pengembangan energi terbarukan. Salah satunya melalui revisi Peraturan Presiden No.112/2022 dan Peraturan Menteri ESDM terkait PLTS Operasi Paralel. Pemerintah juga mendorong keterlibatan pemerintah daerah, seperti menyelaraskan tata ruang wilayah untuk mendukung investasi PLTS, menjadi mediator dalam pembebasan lahan, mengalokasikan APBD untuk proyek PLTS di fasilitas publik, serta memberikan insentif bagi pengembangan energi terbarukan.

Peran Industri dan Tren PLTS Terdistribusi

Analis Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan IESR, Alvin Putra Sisdwinugraha, menjelaskan bahwa dari total kapasitas PLTS terpasang per akhir 2024 sebesar 916 MW, sebagian besar disumbang oleh PLTS skala besar. Namun, tren baru menunjukkan peningkatan signifikan pada PLTS terdistribusi, seperti PLTS atap di sektor industri, yang bertambah lebih dari 100 MW pada 2024.

PLTS captive atau PLTS yang digunakan industri meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Wilayah usaha (wilus) telah meningkat tiga kali lipat sejak 2017, sehingga peluang pemasangan PLTS captive sangat besar. Alvin menekankan pentingnya peningkatan penyerapan kapasitas produksi PLTS dalam negeri melalui permintaan domestik yang konsisten. Saat ini, harga modul lokal relatif lebih mahal 30-40 persen dibandingkan produk impor, sehingga insentif, seperti pembebasan bea masuk bahan baku, sangat diperlukan.

Strategi Percepatan dan Manfaat PLTS

Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan percepatan PLTS. Regulasi yang konsisten, pembiayaan yang inklusif, serta partisipasi aktif masyarakat menjadi syarat mutlak agar energi surya dapat diakses luas. Dengan dukungan kebijakan dan peningkatan kapasitas, PLTS diharapkan terus meningkat, sehingga sekolah, pesantren, rumah tangga, UMKM, dan industri dapat memperoleh manfaat nyata berupa penghematan biaya listrik, akses energi bersih, serta kontribusi pada target emisi nasional.

Langkah ini menjadi strategi penting bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi bersih. Tidak hanya mengurangi ketergantungan pada energi fosil, namun juga mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di berbagai sektor. Jika tren ini terus didorong secara konsisten, energi surya akan menjadi salah satu pilar utama masa depan energi hijau Indonesia, membawa manfaat ekonomi dan lingkungan yang luas bagi masyarakat.

Sutomo

Sutomo

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

5 Rumah Murah Berkualitas Siap Huni Kendari

5 Rumah Murah Berkualitas Siap Huni Kendari

Petani Sragen Hemat Biaya Lewat Pompa Surya

Petani Sragen Hemat Biaya Lewat Pompa Surya

Sinergi Kemenkeu BI Dukung Perumahan Rakyat Berkembang

Sinergi Kemenkeu BI Dukung Perumahan Rakyat Berkembang

Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata

Terumbu Karang PLTU Batang Dukung Ekowisata

ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV

ULTIMA PLN Icon Plus Permudah Home Charging EV