Jumat, 12 September 2025

Penurunan Permintaan Impor Batubara China Diprediksi Terus Berlanjut pada 2025, Tekan Harga Global dan Ekspor Indonesia

Penurunan Permintaan Impor Batubara China Diprediksi Terus Berlanjut pada 2025, Tekan Harga Global dan Ekspor Indonesia
Penurunan Permintaan Impor Batubara China Diprediksi Terus Berlanjut pada 2025, Tekan Harga Global dan Ekspor Indonesia

JAKARTA - Permintaan impor batubara dari China diperkirakan akan terus mengalami penurunan sepanjang tahun 2025. Hal ini terjadi seiring dengan meningkatnya produksi domestik Negeri Tirai Bambu yang mencatat rekor baru dalam beberapa tahun terakhir. Kondisi ini memicu tekanan tambahan pada harga batubara global serta berdampak signifikan pada kinerja ekspor batubara Indonesia, salah satu produsen dan eksportir terbesar di dunia.

Produksi Batubara China Mencetak Rekor Baru di Tahun 2025

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia, menyampaikan bahwa produksi batubara di China pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi yakni sekitar 4,7 miliar ton. Angka ini nyaris setara dengan volume produksi batubara pada tahun 2024, yang juga sudah mencetak rekor tinggi.

Baca Juga

Rumah Murah Kabupaten Pringsewu Harga Mulai Rp140 Juta

“Produksi batubara China pada tahun ini diperkirakan mencapai rekor tertinggi sekitar 4,7 miliar ton. Volume produksi tersebut diperkirakan tidak jauh berbeda dari tahun 2024,” jelas Hendra kepada media pada Kamis, 12 Juni 2025.

Produksi batubara domestik yang meningkat ini mencerminkan upaya China untuk lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energi, terutama di tengah gejolak geopolitik dan ketegangan dagang yang terus berlangsung di tingkat global. Dengan menekan ketergantungan pada impor, China berusaha mengamankan pasokan energi strategisnya.

Penurunan Permintaan Impor Disebabkan Stok yang Masih Tinggi

Meskipun produksi dalam negeri meningkat pesat, permintaan impor batubara China justru diprediksi akan melambat. Salah satu penyebab utama adalah tingginya stok atau inventory batubara yang masih tersimpan di berbagai fasilitas penyimpanan dan pembangkit listrik di negara tersebut.

“Namun di sisi lain, permintaan batubara mereka akan melambat karena inventory (stok) masih cukup tinggi, sehingga permintaan impor diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan tahun ini,” tambah Hendra.

Kondisi stok yang berlimpah ini membuat perusahaan-perusahaan di China enggan untuk membeli batubara impor dalam jumlah besar, sehingga terjadi penurunan permintaan yang signifikan di pasar internasional.

Dampak Penurunan Impor China Terhadap Harga Batubara Global

Sebagai salah satu konsumen batubara terbesar di dunia, perubahan permintaan China memiliki pengaruh besar terhadap dinamika harga batubara di pasar global. Penurunan permintaan impor dari China menjadi faktor utama yang menekan harga batubara dunia sepanjang 2025.

Analis pasar energi internasional mencatat bahwa harga batubara mengalami volatilitas sejak awal tahun, dengan tren penurunan yang cukup signifikan karena pasokan berlebih di pasar global dan lemahnya permintaan dari China.

Menurut data dari berbagai sumber perdagangan, harga batubara thermal turun sekitar 10-15 persen sejak awal tahun 2025. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi negara-negara eksportir batubara, termasuk Indonesia, yang selama ini mengandalkan China sebagai pasar utama.

Implikasi bagi Ekspor Batubara Indonesia

Indonesia, sebagai salah satu eksportir batubara terbesar dunia, merasakan dampak langsung dari penurunan permintaan impor China. Pasar China selama ini menyerap sebagian besar ekspor batubara Indonesia, terutama batubara thermal yang digunakan untuk pembangkit listrik.

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association, Hendra Sinadia, menyatakan bahwa perlambatan impor China akan mempengaruhi volume dan harga ekspor Indonesia secara signifikan.

“Penurunan impor China tentu memberikan tekanan pada kinerja ekspor batubara Indonesia. Kami harus mencari strategi agar dapat mengalihkan ekspor ke pasar lain atau meningkatkan nilai tambah produk batubara,” ujar Hendra.

Namun, upaya diversifikasi pasar ekspor tidaklah mudah mengingat pasar global juga mengalami tekanan akibat perlambatan ekonomi di berbagai negara, serta adanya transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan.

Strategi Indonesia Menghadapi Tantangan Pasar Batubara Global

Menghadapi situasi ini, Indonesia perlu mengambil langkah strategis agar sektor pertambangan batubara tetap kompetitif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas batubara agar bisa memasuki pasar premium yang memiliki harga lebih tinggi, serta mengembangkan produk turunannya.

Selain itu, pemerintah dan pelaku industri juga didorong untuk memperkuat pengembangan energi baru terbarukan sebagai bagian dari portofolio energi nasional, sambil tetap menjaga stabilitas sektor batubara yang menjadi tulang punggung penerimaan devisa negara.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan beberapa program untuk mendukung penguatan sektor pertambangan dalam menghadapi dinamika pasar global, termasuk insentif dan fasilitasi ekspor ke negara-negara yang masih membutuhkan batubara.

Pandangan Pakar Industri Pertambangan

Ahli pertambangan dan energi, Prof. Bambang Setiawan, memberikan pandangannya terkait situasi ini. Menurutnya, penurunan permintaan impor batubara China memang menjadi tantangan berat bagi produsen global, tapi sekaligus menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan transformasi sektor energi.

“China memang tengah memperkuat produksi dalam negeri sehingga menurunkan impor, ini bagian dari strategi energi nasional mereka. Indonesia harus memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan efisiensi produksi, kualitas batubara, dan mengembangkan energi terbarukan agar tetap relevan di era transisi energi global,” jelas Prof. Bambang.

Proyeksi Pasar Batubara 2025 dan Masa Depan Sektor Pertambangan Indonesia

Seiring dengan terus berlangsungnya penurunan permintaan impor China, proyeksi pasar batubara global tahun 2025 menunjukkan ketidakpastian yang cukup tinggi. Faktor geopolitik, kebijakan lingkungan, serta transisi energi menjadi faktor utama yang memengaruhi permintaan dan harga batubara ke depan.

Namun, Indonesia dengan sumber daya batubara yang melimpah tetap memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama pasar batubara dunia, terutama jika dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tren pasar dan kebijakan global.

Hendra Sinadia menyimpulkan, “Meskipun ada tantangan dari penurunan impor China, sektor batubara Indonesia masih memiliki peluang untuk tumbuh jika dapat beradaptasi dengan baik dan melakukan inovasi.”

Penurunan permintaan impor batubara dari China pada tahun 2025 menjadi isu penting yang memengaruhi pasar batubara global dan kinerja ekspor Indonesia. Produksi domestik China yang terus meningkat menciptakan pasokan berlebih dan menekan harga batubara dunia. Kondisi ini menuntut Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar dan penguatan kualitas produk demi mempertahankan daya saing di kancah internasional.

Dengan langkah strategis yang tepat, dukungan pemerintah, dan inovasi di sektor pertambangan, Indonesia diharapkan dapat menghadapi tantangan pasar global sekaligus menjaga sektor batubara sebagai kontributor penting bagi perekonomian nasional.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Ini Harga Asli BBM Pertalite September 2025 Terbaru

Ini Harga Asli BBM Pertalite September 2025 Terbaru

Green Hydrogen Ulubelu Gunakan Energi Panas Bumi Terbarukan

Green Hydrogen Ulubelu Gunakan Energi Panas Bumi Terbarukan

Dukungan Pemerintah Buat Petani Surian Lebih Sejahtera

Dukungan Pemerintah Buat Petani Surian Lebih Sejahtera

Elnusa Petrofin Apresiasi Jurnalis Energi dan Keberlanjutan

Elnusa Petrofin Apresiasi Jurnalis Energi dan Keberlanjutan

Indonesia Dorong Transportasi Ramah Lingkungan Lewat Energi Baru

Indonesia Dorong Transportasi Ramah Lingkungan Lewat Energi Baru