JAKARTA - Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menyampaikan fakta mencengangkan mengenai potensi energi terbarukan di Indonesia. Dalam ajang International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 yang digelar di Jakarta, Kamis (tanggal), Rosan menjelaskan bahwa potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai sekitar 3.700 gigawatt (GW). Namun, kapasitas yang telah terpasang dan beroperasi baru sekitar 15 GW, yang berarti baru kurang dari 1 persen dari potensi maksimal yang dimiliki negara ini.
"Potensi Indonesia di sektor energi terbarukan itu sekitar 3.700 GW, tapi kapasitas yang sudah dipasang sekarang itu hanya 15 GW saja. Jadi memang kurang dari 1 persen yang sudah dipasang," ungkap Rosan kepada peserta konferensi yang dihadiri oleh para pakar, pelaku industri, dan pemangku kepentingan sektor energi.
Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Energi terbarukan merupakan salah satu sektor strategis untuk mendukung target nasional dalam transisi energi bersih dan pengurangan emisi karbon. Sumber energi terbarukan yang dimiliki Indonesia terdiri dari tenaga surya, tenaga air (hidro), biomassa, dan panas bumi (geothermal). Dari keempat sumber tersebut, geotermal dianggap memiliki potensi terbesar dengan cadangan yang sangat melimpah.
Rosan menjelaskan bahwa sebagian besar potensi panas bumi ini terletak di Pulau Jawa dan Sumatera. "Geotermal ini menjadi investasi yang sangat menarik karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia dan belum banyak dimanfaatkan secara optimal," jelasnya.
Peluang Investasi dan Hambatan Pengembangan Energi Terbarukan
Menteri Investasi dan Hilirisasi tersebut juga menyoroti peluang besar investasi di sektor energi terbarukan yang belum tergarap secara maksimal. Meskipun potensi sangat besar, pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan infrastruktur, regulasi yang belum sepenuhnya mendukung, hingga kebutuhan modal yang cukup besar.
"Kami melihat bahwa pengembangan energi terbarukan ini masih sangat minim dibandingkan dengan potensi yang ada. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong perbaikan regulasi dan penyediaan insentif bagi para investor yang ingin masuk ke sektor ini," kata Rosan.
Menurutnya, upaya percepatan pembangunan kapasitas energi terbarukan ini juga penting untuk mendukung target pemerintah dalam mencapai net zero emission pada tahun 2060 mendatang. "Pembangunan energi baru terbarukan ini akan menjadi tulang punggung dalam mencapai target tersebut," tambah Rosan.
Energi Panas Bumi sebagai Andalan
Di antara berbagai sumber energi terbarukan, panas bumi menjadi sorotan utama. Indonesia dikenal memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dengan potensi mencapai sekitar 29 gigawatt. Namun saat ini, pemanfaatannya baru mencapai sekitar 2,1 gigawatt.
Potensi geotermal ini terutama terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera, yang memiliki aktivitas vulkanik tinggi. Selain itu, pengembangan energi panas bumi memiliki keuntungan signifikan karena sifatnya yang stabil dan tidak bergantung pada cuaca, berbeda dengan tenaga surya dan angin.
Rosan menegaskan, "Geotermal ini menjadi investasi yang sangat menarik karena selain cadangannya besar, juga energi ini lebih stabil dibandingkan energi terbarukan lain. Ini tentu menjadi peluang besar bagi para investor."
Dorongan Pemerintah dan Regulasi Pendukung
Pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus memperkuat regulasi yang mendukung pengembangan energi terbarukan, termasuk di sektor panas bumi. Beberapa langkah yang sedang dilakukan antara lain mempercepat perizinan, memberikan insentif fiskal, dan memperluas kerja sama dengan investor domestik maupun asing.
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan skema pembiayaan yang lebih fleksibel agar pembangunan proyek energi terbarukan tidak terhambat oleh kendala pendanaan. “Kami ingin memastikan bahwa setiap potensi yang ada bisa segera dimanfaatkan dengan baik melalui kebijakan yang pro-investasi dan pro-lingkungan,” ujar Rosan.
Tantangan Teknis dan Infrastruktur
Namun, pengembangan energi terbarukan juga tidak lepas dari berbagai tantangan teknis. Infrastruktur yang ada saat ini, seperti jaringan listrik dan fasilitas pendukung, masih belum mampu mengakomodasi pengembangan energi terbarukan secara masif. Keterbatasan akses jaringan listrik terutama di daerah-daerah potensial panas bumi menjadi hambatan yang perlu diatasi.
Rosan menyebutkan, “Perlu ada sinergi yang kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan pelaku industri untuk membangun infrastruktur yang memadai. Ini sangat penting agar energi terbarukan bisa masuk ke dalam sistem kelistrikan nasional secara optimal.”
Dampak Positif bagi Ekonomi dan Lingkungan
Pengembangan energi terbarukan tidak hanya berkontribusi pada pengurangan emisi karbon dan perubahan iklim, tetapi juga membawa dampak positif bagi ekonomi nasional. Dengan pengembangan sektor ini, Indonesia bisa menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kemandirian energi, dan mendorong pertumbuhan industri hijau.
"Investasi di sektor energi terbarukan ini bukan hanya soal lingkungan, tapi juga soal ekonomi dan masa depan bangsa. Dengan memanfaatkan potensi besar yang ada, kita bisa memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus membuka banyak peluang usaha," tutur Rosan.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menegaskan bahwa potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar, mencapai 3.700 gigawatt, namun saat ini baru termanfaatkan sekitar 15 gigawatt atau kurang dari 1 persen. Sektor energi panas bumi khususnya menjadi primadona investasi karena cadangan yang melimpah dan kestabilan energi yang dihasilkan.
Pengembangan energi terbarukan menjadi kunci utama dalam mendukung target net zero emission dan menciptakan ekonomi hijau yang berkelanjutan. Pemerintah terus berupaya memperbaiki regulasi, menyediakan insentif, dan membangun infrastruktur pendukung agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Sinergi antara pemerintah, investor, dan pelaku industri menjadi hal penting untuk mempercepat transformasi energi Indonesia ke arah yang lebih bersih dan ramah lingkungan.