Kamis, 09 Oktober 2025

BREN dan BRMS Berpeluang Masuk Indeks MSCI

BREN dan BRMS Berpeluang Masuk Indeks MSCI
BREN dan BRMS Berpeluang Masuk Indeks MSCI

JAKARTA - Bursa saham Indonesia bersiap menghadapi dinamika menarik menjelang peninjauan berkala indeks MSCI yang dijadwalkan pada 5 November 2025, dengan implementasi efektif pada 25 November 2025. Beberapa saham emiten unggulan diprediksi bakal masuk jajaran konstituen, sementara sejumlah lainnya berisiko tersingkir.

Di tengah ketatnya persaingan, saham dari konglomerasi besar seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) milik Prajogo Pangestu dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dari grup Bakrie, menjadi kandidat kuat untuk masuk indeks MSCI.

“BREN memiliki peluang besar masuk MSCI berkat langkah manajemen meningkatkan porsi saham yang beredar di publik atau free float,” ujar Prasetya Gunadi, Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia.

Baca Juga

Patriot Bond Dinilai Untungkan Danantara untuk Proyek Energi

BREN Siap Masuk Indeks MSCI

BREN berhasil memenuhi kriteria utama, terutama dari sisi free float adjusted market cap (FFMC) yang kini mencapai US$3,5 miliar, sedikit di atas ambang minimum US$3,1 miliar. Selain itu, nilai transaksi harian rata-rata dalam 12 bulan terakhir sebesar US$12,9 juta, jauh melampaui batas minimum US$2,5 juta, menandakan likuiditas yang sehat.

Kondisi ini menjadikan BREN kandidat yang menarik bagi investor global yang memanfaatkan indeks MSCI sebagai acuan alokasi portofolio. Dengan masuknya saham ke indeks, kemungkinan aliran dana asing meningkat signifikan, mendukung likuiditas dan stabilitas harga saham.

BRMS Berpeluang Naik Kelas

Sementara itu, BRMS diprediksi naik dari MSCI Small Cap Index ke MSCI Global Standard Index. Saham tambang mineral ini pada 8 Oktober 2025 sudah menembus Rp955 per saham, di atas syarat minimum Rp800 per saham. Nilai transaksi harian BRMS selama 12 bulan terakhir juga sangat kuat, yakni US$22,1 juta, memperkuat posisi saham sebagai kandidat masuk indeks.

“BRMS memiliki fundamental yang solid dan likuiditas memadai. Ini menjadi faktor penting bagi MSCI dalam menentukan konstituen,” kata Prasetya.

KLBF Berisiko Tersingkir

Tidak semua emiten berada dalam posisi menguntungkan. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menghadapi risiko tersingkir dari MSCI Global Standard Index karena nilai FFMC per 7 Oktober 2025 turun di bawah US$1,2 miliar, di bawah ambang batas yang ditetapkan.

Faktor ini menunjukkan bahwa meski fundamental perusahaan kuat, pergerakan harga saham dan likuiditas pasar menjadi kriteria krusial dalam peninjauan MSCI. Investor perlu waspada terhadap kemungkinan tekanan jual jika saham ini resmi terdepak dari indeks.

EMTK Masih Butuh Waktu

Selain BREN, BRMS, dan KLBF, analis Maybank Sekuritas, Fath Aliansyah Budiman, menyebut PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) sebagai kandidat lain. Namun, EMTK masih perlu kenaikan harga hingga Rp1.700–Rp1.800 per saham untuk memenuhi kriteria masuk daftar kandidat.

“EMTK berpotensi menguat jika salah satu portofolionya, Superbank, melakukan IPO. Namun investor tetap harus mewaspadai kemungkinan koreksi jangka pendek,” jelas Fath.

Strategi Investasi Menjelang Peninjauan

Dalam menghadapi dinamika peninjauan MSCI, pelaku pasar disarankan memantau pergerakan transaksi asing. Cindy Alicia Ramadhania, Retail Research Analyst Sinarmas Sekuritas, menyarankan strategi buy on weakness untuk BREN, dengan target harga kisaran Rp10.100–Rp10.650.

Pergerakan saham-saham kandidat MSCI seringkali dipengaruhi sentimen global dan arus modal asing, sehingga strategi yang fleksibel dan pemantauan rutin menjadi kunci bagi investor ritel maupun institusi.

Dampak Masuk atau Keluar MSCI

Masuknya saham ke indeks MSCI berpotensi menarik aliran dana asing baru, meningkatkan likuiditas, dan memberikan efek positif pada harga saham jangka menengah. Sebaliknya, saham yang tersingkir bisa menghadapi tekanan jual dari investor yang menyesuaikan portofolio berbasis indeks global.

Para analis menilai, periode peninjauan MSCI kali ini menjadi momentum penting bagi saham-saham unggulan Indonesia, terutama bagi emiten dengan fundamental kuat dan likuiditas tinggi seperti BREN dan BRMS. Investor global biasanya menggunakan indeks MSCI sebagai acuan alokasi modal, sehingga keputusan MSCI memiliki dampak signifikan terhadap pergerakan harga saham.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

IHSG Pecahkan Rekor Baru, Tren Penguatan Diperkirakan Lanjut

IHSG Pecahkan Rekor Baru, Tren Penguatan Diperkirakan Lanjut

Harga Emas Terus Naik Tembus Empat Ribu Dolar Per Ounce

Harga Emas Terus Naik Tembus Empat Ribu Dolar Per Ounce

Rupiah Diprediksi Melemah Terhadap Dolar AS Kamis Ini

Rupiah Diprediksi Melemah Terhadap Dolar AS Kamis Ini

Pegadaian Tambah 20 ATM Emas, Begini Cara Kerjanya

Pegadaian Tambah 20 ATM Emas, Begini Cara Kerjanya

Proyeksi Harga Emas 2026 Diprediksi Tembus Level Tertinggi

Proyeksi Harga Emas 2026 Diprediksi Tembus Level Tertinggi