Mengenal Isi Kandungan Dalam Pertalite dan Pertamax
- Jumat, 29 Agustus 2025

Isi kandungan dalam pertalite menjadi topik penting bagi pemilik kendaraan yang masih bergantung pada bahan bakar minyak untuk mobilitas harian.
Meskipun teknologi kendaraan terus berkembang dan mulai beralih ke tenaga listrik, kenyataannya tidak semua orang memiliki akses atau kemampuan untuk menggunakan kendaraan listrik, terutama karena keterbatasan fasilitas pengisian daya yang belum merata.
Bahan bakar minyak masih menjadi pilihan utama, namun ketersediaannya semakin terbatas. Di Indonesia, harga bahan bakar seperti pertamax dan pertalite mengalami lonjakan yang cukup signifikan.
Baca Juga
Sebelumnya, banyak pengguna kendaraan memilih pertamax, tetapi karena kenaikan harga, sebagian besar mulai beralih ke pertalite yang lebih terjangkau meskipun juga mengalami kenaikan.
Perpindahan besar-besaran dari pertamax ke pertalite menyebabkan antrean panjang dan kelangkaan di beberapa SPBU.
Namun, muncul keluhan dari masyarakat bahwa setelah harga pertalite naik, konsumsi bahan bakar justru terasa lebih boros dibanding sebelumnya. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah ada perubahan dalam komposisi bahan bakar tersebut?
Untuk menjawab hal itu, perlu ditelusuri lebih lanjut mengenai isi kandungan dalam pertalite yang diduga mengalami perubahan dari versi sebelumnya.
Pembahasan lengkap mengenai hal ini akan dijelaskan lebih lanjut untuk memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang kemungkinan perbedaan kualitas dan dampaknya terhadap performa kendaraan.
Pengertian Bahan Bakar
Sebelum membahas lebih dalam mengenai komposisi bahan bakar jenis pertalite, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan bahan bakar secara umum.
Secara definisi, bahan bakar merupakan zat yang dapat dikonversi menjadi energi. Umumnya, bahan ini menyimpan energi panas yang bisa dilepaskan dan dimanfaatkan melalui berbagai proses.
Sebagian besar bahan bakar yang digunakan manusia bekerja melalui mekanisme pembakaran, yaitu reaksi reduksi yang menghasilkan panas ketika zat tersebut bereaksi dengan oksigen di atmosfer.
Selain pembakaran, energi juga bisa dilepaskan melalui reaksi kimia eksotermik, yang juga menghasilkan panas sebagai produk sampingan.
Jenis bahan bakar yang paling sering digunakan oleh manusia adalah senyawa hidrokarbon, seperti bensin dan solar. Selain itu, ada pula bahan bakar yang berasal dari unsur logam radioaktif.
Dalam beberapa kasus, bahan bakar juga merujuk pada zat yang digunakan untuk menghasilkan energi melalui proses nuklir, seperti peluruhan radioaktif, fisi, atau fusi nuklir.
Perbedaan Isi Kandungan dalam Pertalite dan Pertamax
Isi kandungan dalam pertalite menjadi sorotan karena bahan bakar ini kini menjadi pilihan utama masyarakat setelah premium mulai ditinggalkan.
Pertalite dikenal sebagai jenis bensin dengan harga yang relatif terjangkau, namun memiliki kualitas lebih baik dibandingkan pendahulunya.
Warna khasnya yang hijau terang dan jernih menandakan perbedaan visual dari premium, dan secara teknis, pertalite memiliki angka oktan 90, lebih tinggi dibandingkan premium yang hanya memiliki angka oktan 88.
Dalam proses pembuatannya, pertalite berasal dari bensin industri atau nafta, yang memiliki titik didih di antara bensin dan minyak tanah.
Untuk mencapai angka oktan 90, bahan dasar ini dicampur dengan HOMC (High Octane Mogas Component) serta zat tambahan bernama EcoSAVE.
Fungsi utama dari aditif ini bukan untuk meningkatkan angka oktan, melainkan untuk memberikan efek pembakaran yang lebih halus dan efisien.
Sebagai perbandingan, Pertamax—bahan bakar dengan angka oktan lebih tinggi yaitu 92—mengandung berbagai komponen seperti sulfur maksimal 0,1 persen, timbal 0,013 persen untuk versi bebas timbal dan 0,3 persen untuk versi bertimbal, oksigen sebesar 2,72 persen, serta zat pewarna.
Titik didihnya mencapai 205 derajat Celsius dengan kepadatan tertentu pada suhu 15 derajat Celsius. Pertamax direkomendasikan untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin tinggi, karena mampu menghasilkan pembakaran yang lebih optimal.
Menurut laporan dari CNN Indonesia, perbedaan pertama yang terlihat antara pertalite dan pertamax adalah warna: pertalite berwarna kehijauan, sedangkan pertamax berwarna biru.
Selain itu, nilai oktan pertamax yang lebih tinggi membuat proses pembakaran lebih bersih dan efisien, serta lebih ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu di ruang bakar.
Tingkat pembakaran yang lebih lambat pada bahan bakar dengan angka oktan tinggi juga memengaruhi konsumsi bahan bakar dalam mesin.
Dari sisi kompresi, pertamax cocok untuk mesin dengan rasio antara 10:1 hingga 10,9:1, sementara pertalite lebih sesuai untuk mesin dengan rasio antara 9:1 hingga 10:1.
Salah satu keunggulan pertamax adalah teknologi PERTATECH yang dikembangkan oleh Pertamina.
Teknologi ini memungkinkan aditif dalam bahan bakar untuk membersihkan sisa pembakaran di dalam mesin, memperkuat komponen mesin, mencegah korosi, dan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar.
Aditif tersebut juga diklaim mampu membersihkan injektor, memperbaiki proses pembakaran, dan mengurangi konsumsi bahan bakar secara keseluruhan.
Bahkan, teknologi ini mampu menurunkan jumlah sedimen dalam mesin hingga sekitar 20 persen.
Isi Kandungan Pertalite yang Sekarang Berbeda?
Menanggapi isu yang ramai diperbincangkan mengenai perubahan warna bahan bakar jenis RON 90 atau Pertalite, PT Pertamina (Persero) melalui anak perusahaannya, PT Pertamina Patra Niaga, memberikan klarifikasi.
Ramainya keluhan di media sosial menyebutkan bahwa perubahan warna pada Pertalite membuat konsumsi bahan bakar terasa lebih boros.
Beberapa pengguna Facebook bahkan membagikan perbandingan visual antara tampilan Pertalite lama dan versi terbaru, menyimpulkan bahwa perubahan tersebut berdampak pada efisiensi pemakaian.
Menjawab hal tersebut, Irto Ginting selaku Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga menegaskan bahwa tidak ada perubahan dalam spesifikasi bahan bakar tersebut, baik dari segi warna maupun komposisi yang dikaitkan dengan borosnya penggunaan.
Ia menyatakan bahwa hasil pengujian terhadap sampel Pertalite masih sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Terkait warna, Irto menjelaskan bahwa pewarna dalam bahan bakar hanya berfungsi sebagai pembeda antar jenis BBM, seperti warna biru untuk Pertamax dan hijau untuk Pertalite.
Ia menekankan bahwa pada dasarnya semua bahan bakar memiliki warna asli yang bening, dan zat pewarna yang ditambahkan tidak memengaruhi kualitas, performa, maupun spesifikasi bahan bakar tersebut.
Irto juga memastikan bahwa mutu dan spesifikasi Pertalite yang dijual di Indonesia telah sesuai dengan regulasi yang tercantum dalam Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 mengenai standar dan mutu BBM RON 90 untuk distribusi dalam negeri.
Salah satu parameter penting dalam spesifikasi tersebut adalah tingkat penguapan pada suhu ruang, yang diukur melalui Reid Vapour Pressure (RVP).
Ia menyebutkan bahwa hasil pengujian RVP dari Pertalite yang dikirim dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina masih berada dalam rentang yang diperbolehkan, yaitu antara 45 hingga 69 kPa.
Menurutnya, laju penguapan bisa meningkat jika suhu penyimpanan naik. Berdasarkan spesifikasi, batas maksimum penguapan Pertalite adalah 10% pada suhu maksimal 74 derajat Celsius.
Produk Pertalite sendiri berada di suhu sekitar 50 derajat Celsius, yang berarti pada suhu tersebut bahan bakar bisa menguap hingga 10%.
Irto menambahkan bahwa semakin tinggi suhu, maka semakin cepat bahan bakar menguap.
Oleh karena itu, Pertamina menyarankan agar masyarakat membeli bahan bakar di tempat resmi seperti SPBU dan Pertashop, guna memastikan kualitas dan keamanan produk yang diperoleh.
Pertamina juga menjamin bahwa seluruh produk BBM yang disalurkan melalui jaringan resmi telah melalui proses pengawasan mutu yang ketat. Produk yang tidak memenuhi standar tidak akan didistribusikan ke masyarakat.
Konsumen diimbau untuk membeli bahan bakar hanya dari titik distribusi resmi agar kualitas dan keamanan tetap terjaga.
Selain itu, masyarakat disarankan untuk menggunakan bahan bakar sesuai dengan rekomendasi yang tercantum dalam buku panduan kendaraan masing-masing.
Hal ini penting karena setiap kendaraan dirancang untuk menggunakan bahan bakar dengan angka oktan tertentu.
Mengganti jenis bahan bakar dengan nilai RON yang berbeda dari yang direkomendasikan tidak dianjurkan, karena dapat memengaruhi kinerja mesin dan efisiensi bahan bakar.
Jenis-Jenis Bahan Bakar Minyak
Setelah memahami definisi bahan bakar dan mengetahui perbedaan antara pertamax dan pertalite, termasuk kandungan dalam pertalite, kini saatnya membahas ragam jenis bahan bakar minyak yang digunakan di berbagai sektor.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahan bakar minyak tidak hanya digunakan untuk kendaraan bermotor, tetapi juga memiliki fungsi lain, termasuk untuk kebutuhan rumah tangga.
Berdasarkan klasifikasi dari Badan Pengatur Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), terdapat sembilan kategori bahan bakar minyak yang beredar. Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing jenis:
1. Aviation Gasoline (Avgas)
Avgas merupakan bahan bakar yang berasal dari hasil penyulingan minyak bumi. Jenis ini dirancang khusus untuk pesawat terbang yang menggunakan mesin piston, di mana sistem pembakarannya mengandalkan pengapian.
2. Aviation Turbine Fuel (Avtur)
Avtur juga digunakan untuk pesawat, namun berbeda dari avgas. Avtur dirancang untuk mesin turbin dan menggunakan sistem pembakaran eksternal. Meskipun mirip dalam fungsi, karakteristik teknisnya berbeda karena avtur cocok untuk mesin jet.
3. Kerosin (Minyak Tanah)
Jenis bahan bakar ini umum digunakan dalam rumah tangga, terutama sebagai sumber energi untuk kompor. Minyak tanah memiliki titik didih antara 150 hingga 300 derajat Celsius dan biasanya tidak memiliki warna.
4. High Speed Diesel (HSD)
HSD adalah bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel berkecepatan tinggi, baik yang menggunakan sistem injeksi mekanis maupun elektronik.
Selain digunakan pada kendaraan bermesin diesel, HSD juga banyak dimanfaatkan dalam sektor industri yang mengoperasikan mesin berbasis tenaga diesel.
5. Solar
Jenis bahan bakar ini memiliki karakteristik berbeda dibandingkan dengan High Speed Diesel (HSD). Solar dirancang khusus untuk mesin diesel yang beroperasi pada kecepatan sedang, sedangkan HSD ditujukan untuk mesin diesel berkecepatan tinggi.
Solar umumnya digunakan sebagai bahan bakar utama untuk kapal laut dan dikenal juga dengan istilah Marine Diesel Fuel (MDF).
6. Biodiesel
Sebagai alternatif pengganti solar, biodiesel hadir dengan bahan dasar yang berasal dari sumber daya alam, seperti minyak tumbuhan.
Komposisi biodiesel terdiri dari sekitar 95% minyak berbasis petroleum dan 5% minyak kelapa sawit yang telah diproses menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME). Campuran ini menjadikan biodiesel sebagai opsi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
7. Minyak Residu
Bahan bakar jenis ini merupakan hasil dari pengolahan sisa minyak dengan tingkat kekentalan tinggi.
Minyak residu biasanya dimanfaatkan dalam sektor industri berskala besar, termasuk dalam sistem pembangkit uap yang menggunakan metode pembakaran langsung.
Karena sifatnya yang berat, bahan bakar ini digunakan untuk kebutuhan energi yang besar.
8. Gasolin (Bensin)
Jenis bahan bakar ini paling umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari karena digunakan untuk kendaraan bermotor. Bensin dirancang untuk mesin yang menggunakan sistem pengapian.
Menariknya, bensin memiliki beberapa varian yang dibedakan berdasarkan angka oktan, yang dikenal dengan istilah RON (Research Octane Number).
Angka ini menunjukkan tingkat ketahanan bahan bakar terhadap tekanan dan panas dalam ruang bakar mesin.
BBM Kategori Bensin berdasar nilai RON
Berikut adalah versi parafrase lengkap dari teks tersebut, ditulis ulang sepenuhnya tanpa satu pun frasa yang sama dan tanpa pemotongan penjelasan:
1. RON 88
Jenis bahan bakar ini memiliki tingkat oktan paling rendah dibandingkan varian lainnya. Sangat sesuai digunakan pada kendaraan bermesin dengan rasio kompresi rendah, sekitar 9:1.
Umumnya, bahan bakar dengan nilai RON 88 dikenal sebagai bensin tipe premium.
2. RON 90
Bahan bakar dengan angka oktan 90 menjadi pilihan populer di kalangan pengguna kendaraan di Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena harganya yang masih terjangkau bagi banyak kalangan.
Selain itu, banyak tipe mobil yang kompatibel dengan bahan bakar ini. Di Indonesia, RON 90 dikenal sebagai pertalite dan termasuk dalam kategori bahan bakar yang memperoleh subsidi dari pemerintah.
3. RON 92
Dengan angka oktan minimal 92, bahan bakar ini lebih cocok digunakan pada kendaraan modern yang memiliki rasio kompresi mesin antara 10:1 hingga 11:1.
Selain itu, mobil yang sudah mengadopsi sistem injeksi bahan bakar elektronik (EFI) juga sangat cocok menggunakan jenis ini.
Bahan bakar RON 92 dikenal sebagai pertamax dan dilengkapi dengan teknologi khusus yang berfungsi membersihkan bagian dalam mesin, sehingga membantu menjaga performa kendaraan.
4. RON 98
Jenis bahan bakar ini pertama kali diperkenalkan di Belgia dan dirancang untuk kendaraan dengan teknologi mesin canggih. Cocok digunakan pada mesin dengan rasio kompresi tinggi, yaitu antara 11:1 hingga 13:1.
Selain memberikan performa optimal, bahan bakar ini juga dikenal ramah lingkungan karena tidak menurunkan kualitas udara.
Meskipun harganya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya, kandungan dan teknologi yang dimiliki RON 98 memberikan manfaat maksimal bagi kendaraan yang menggunakannya.
Tempat Pengisian Bahan Bakar Minyak
Sejak Oktober 2005, Pertamina resmi menjadi satu-satunya pemilik jaringan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia. Namun, pada bulan yang sama, perusahaan asing mulai masuk ke pasar domestik.
Shell, sebagai perusahaan swasta pertama, membuka SPBU di kawasan Lippo Karawaci, Tangerang.
Shell menawarkan bahan bakar dengan nilai oktan tinggi yang diimpor langsung dari Singapura, dan menetapkan harga yang bersaing dengan produk milik Pertamina.
Tak lama setelah itu, menjelang akhir tahun 2005, Petronas dari Malaysia turut meramaikan pasar dengan mendirikan SPBU pertamanya di wilayah Cibubur.
SPBU sendiri merupakan fasilitas tempat pengisian bahan bakar untuk kendaraan bermotor. Di Indonesia, istilah resminya adalah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, disingkat SPBU.
Meski demikian, masyarakat di berbagai daerah memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk tempat ini. Di banyak wilayah, SPBU lebih dikenal dengan nama Pom Bensin, yang merujuk pada pompa bahan bakar.
Di Maluku, masyarakat menyebutnya sebagai Stasiun Bensin. Sementara itu, di Medan dikenal dengan istilah Galon Minyak, dan di Bengkulu sering disebut sebagai Kios.
Perbedaan istilah ini mencerminkan keragaman budaya dan kebiasaan lokal dalam menyebut tempat pengisian bahan bakar.
Sebagai penutup, memahami isi kandungan dalam pertalite membantu pengguna memilih bahan bakar yang sesuai, menjaga performa mesin tetap optimal dan efisien dalam jangka panjang.

Bru
teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Gen Z Melek Finansial, Pandai Kelola Uang
- 05 September 2025
2.
Kopdes Kini Bisa Ajukan Pinjaman Bank BUMN
- 05 September 2025
3.
Investor Pasar Modal Indonesia Capai Rekor Baru
- 05 September 2025
4.
Investasi Aman untuk Kondisi Ekonomi Bergejolak
- 05 September 2025
5.
Asuransi Kesehatan Terbaik untuk Generasi Muda
- 05 September 2025