Sabtu, 06 September 2025

Pengertian Bipolar: Penyebab, Gejala, Dampak, dan Pengobatan

Pengertian Bipolar: Penyebab, Gejala, Dampak, dan Pengobatan
pengertian bipolar

Pengertian bipolar adalah gangguan mental yang ditandai perubahan emosi ekstrem, dari rasa sangat senang hingga sangat terpuruk.

Di tengah meningkatnya kesadaran tentang pentingnya kesehatan jiwa, kondisi ini menjadi perhatian khusus karena tidak sedikit orang di berbagai belahan dunia yang mengalaminya. 

Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2017, sekitar 45 juta orang diketahui menderita gangguan bipolar di seluruh dunia.

Baca Juga

20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri

Kondisi ini bahkan menjadi salah satu pemicu utama terganggunya karakter dan fungsi sosial seseorang, serta bisa menyebabkan risiko fatal seperti tindakan bunuh diri. 

Gangguan bipolar bersifat kronis dan dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari penderitanya dalam jangka panjang.

Secara umum, bipolar adalah kondisi kejiwaan yang ditandai oleh naik turunnya emosi, perubahan energi, hingga gangguan dalam menjalani aktivitas harian dan fokus berpikir. 

Contoh sederhananya, seseorang bisa saja merasa sangat bersemangat dan bahagia dalam satu waktu, lalu mendadak berubah menjadi sangat murung dan kehilangan harapan.

Bisa jadi di antara kita pernah merasakan gejala serupa atau mengenal seseorang yang mengalaminya, baik teman maupun anggota keluarga. 

Oleh karena itu, pemahaman tentang kondisi ini sangat penting agar kita mampu memberikan dukungan yang tepat.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyebab serta penanganan kondisi ini, mari simak penjelasan berikut yang akan mengulas lebih dalam mengenai pengertian bipolar dan segala hal yang berkaitan dengannya.

Pengertian Bipolar

Sebelum membahas lebih jauh, penting untuk memahami terlebih dahulu pengertian bipolar secara lebih mendalam. 

Istilah yang dikenal sebagai bipolar disorder ini merupakan gangguan psikologis yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang ekstrem dalam waktu yang tidak menentu.

Manusia pada umumnya memang mengalami berbagai bentuk emosi, mulai dari kebahagiaan hingga kesedihan. Namun, bila emosi tersebut muncul secara berlebihan dan sulit dikendalikan, hal ini dapat mengarah pada gangguan bipolar. 

Sebagai contoh, seseorang bisa saja merasa sangat bahagia pada satu waktu, lalu tiba-tiba tenggelam dalam kesedihan mendalam tanpa sebab yang jelas.

Gangguan ini terbagi ke dalam dua fase utama, yakni fase mania dan fase depresi. Saat berada di fase mania, penderita cenderung merasa sangat antusias, penuh semangat, bahkan terlalu percaya diri. 

Sementara itu, pada fase depresi, yang muncul justru perasaan lelah, kurang energi, serta kesedihan yang mendalam dan berlangsung terus-menerus.

Penyebab Terjadinya Gangguan Bipolar

Sama seperti berbagai gangguan kejiwaan lainnya, kondisi ini juga dapat dipicu oleh sejumlah faktor. 

Secara umum, terdapat tiga penyebab utama yang sering dikaitkan dengan kemunculannya, yaitu aspek keturunan, aspek biologis, dan juga pengaruh dari lingkungan sekitar.

Untuk memahami lebih jauh, berikut penjelasan mengenai ketiga faktor tersebut:

1. Aspek Keturunan

Beberapa hasil studi menunjukkan adanya keterkaitan antara kondisi ini dengan riwayat dalam garis keturunan. Seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan gangguan kejiwaan serupa lebih berisiko mengalami hal yang sama. 

Sebagai contoh, jika orang tua atau saudara memiliki riwayat gangguan suasana hati ini, maka peluang individu dalam keluarga tersebut untuk mengalami kondisi serupa menjadi lebih besar.

Namun demikian, tidak sedikit dari mereka yang mengalami gangguan ini justru tidak menyadari bahwa hal tersebut berasal dari warisan genetis. 

Di sisi lain, temuan dari Universitas Johns Hopkins menunjukkan bahwa jenis gangguan ini—khususnya tipe kedua—lebih banyak ditemukan pada mereka yang memiliki keluarga dengan riwayat gangguan tipe pertama maupun kedua.

Menariknya, studi terhadap anak kembar identik justru menunjukkan hasil yang berbeda. 

Jika salah satu dari pasangan kembar mengalami gangguan suasana hati, bukan berarti saudaranya pasti akan mengalami hal serupa, meskipun keduanya memiliki susunan genetik yang sama.

2. Aspek Biologis

Selain faktor keturunan, ketidakseimbangan fungsi biologis dalam tubuh juga dapat berkontribusi terhadap timbulnya gangguan ini. 

Ketika terjadi gangguan pada struktur atau cara kerja otak, hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan jiwa, termasuk gangguan suasana hati ini.

Penelitian menemukan bahwa struktur otak penderita memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan otak orang tanpa gangguan atau dengan kondisi mental lainnya. 

Para ilmuwan meyakini bahwa masalah ini berhubungan dengan kelainan pada jaringan otak tertentu.

Selain itu, ketidakseimbangan neurotransmitter—zat kimia di otak yang berfungsi dalam mengatur komunikasi antar sel saraf—juga dianggap memiliki peran penting dalam memicu ketidakteraturan fungsi otak yang berdampak pada perubahan suasana hati.

3. Aspek Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tumbuh dan pola hidup yang dijalani juga berpengaruh terhadap perkembangan gangguan ini. 

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua dengan kondisi suasana hati yang tidak stabil cenderung lebih mudah mengalami tekanan mental.

Situasi ini bisa saja berkaitan erat dengan suasana rumah yang tidak menentu akibat perubahan emosi yang drastis dari orang tua. 

Oleh karena itu, meskipun tidak mewarisi kondisi tersebut secara langsung, anak-anak tersebut tetap berisiko mengembangkan berbagai gangguan psikologis lainnya, seperti gangguan hiperaktif, depresi berat, skizofrenia, atau bahkan ketergantungan zat tertentu.

Gejala Bipolar

Sama seperti gangguan kejiwaan lainnya, kondisi ini juga dapat dikenali melalui sejumlah tanda. Sayangnya, tidak semua orang memahami tanda-tanda tersebut. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui berbagai ciri dari kondisi ini agar bisa lebih peduli dan membantu orang lain yang mungkin sedang mengalaminya.

Berikut ini adalah uraian lengkap mengenai berbagai gejala yang umumnya dialami oleh individu dengan kondisi ini:

1. Fase Mania

Ini merupakan fase awal yang sering dijumpai pada individu dengan gangguan suasana hati ini. Di tahap ini, seseorang bisa mengalami kondisi psikis yang membuatnya merasa tidak terhubung dengan lingkungan sekitarnya. 

Dalam beberapa kasus, fase ini cukup parah hingga memerlukan penanganan intensif di fasilitas medis. Beberapa ciri khas yang muncul saat fase ini antara lain:

  • Dorongan seksual menjadi meningkat.
  • Pola pikir terasa sangat cepat dan berpindah-pindah.
  • Merasa gembira secara berlebihan meski situasinya tidak mendukung.
  • Sering membuat penilaian yang keliru terhadap situasi atau orang lain.
  • Jam tidur menjadi sangat sedikit karena tubuh terasa sangat berenergi.
  • Berbicara jauh lebih cepat dari biasanya.
  • Ingin mengerjakan banyak hal sekaligus.
  • Sering bertindak di luar batas norma sosial.
  • Merasa sangat yakin pada diri sendiri dan keputusannya.
  • Energi fisik meningkat secara drastis.
  • Mengalami kebahagiaan yang tidak wajar.
  • Lebih mudah tersinggung dan sangat sensitif.
  • Terlalu aktif, bahkan cenderung hiperaktif.
  • Pikiran terasa penuh dan sulit berhenti berpikir.
  • Bisa melakukan hal-hal yang berisiko atau merugikan.

2. Fase Hipomania

Fase ini serupa namun tidak seintens fase sebelumnya. Meskipun tidak separah mania, namun tetap menimbulkan lonjakan perasaan bahagia yang cukup besar. 

Beberapa cirinya juga mirip, seperti pola pikir yang cepat, semangat berlebih, dan peningkatan aktivitas fisik. Tanda-tanda lain yang bisa muncul dalam fase ini mencakup:

  • Peningkatan cara berpikir dan kecepatan berbicara.
  • Perasaan yang sangat senang tanpa sebab yang jelas.
  • Tubuh terasa penuh energi.
  • Lebih mudah marah atau tersulut emosi.

3. Fase Depresi

Ini adalah tahap yang sering dianggap paling berat. Dalam kondisi ini, penderita bisa mengalami penurunan fungsi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Banyak dari mereka yang merasa tidak mampu menjalankan aktivitas seperti biasanya. Beberapa gejala yang menonjol di fase ini meliputi:

  • Mengalami gangguan pemikiran seperti delusi.
  • Merasa sangat sedih dan kehilangan harapan.
  • Sering merasa cemas berlebihan tanpa alasan jelas.
  • Kehilangan minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disukai.
  • Sulit fokus atau mempertahankan konsentrasi.
  • Merasa mengantuk terus-menerus atau sangat malas.
  • Sering merasa tidak ingin melakukan apa-apa.
  • Nafsu makan menurun drastis.
  • Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup.
  • Kesulitan dalam mengambil keputusan.
  • Energi tubuh terasa sangat menurun sehingga pergerakan menjadi lambat.
  • Tidur tidak teratur, bisa kurang tidur atau malah tidur berlebihan.
  • Tidak tertarik lagi pada hal-hal yang dulu menyenangkan.
  • Lebih sering tersulut amarah meski oleh hal sepele.

Dampak Gangguan Bipolar

Sama halnya dengan gangguan mental lainnya, kondisi ini juga membawa sejumlah konsekuensi bagi individu yang mengalaminya. 

Oleh sebab itu, mereka yang terdiagnosis dengan gangguan ini memerlukan penanganan medis yang berkesinambungan dan berlangsung dalam jangka panjang.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode pengobatan yang dapat diterapkan, penting juga untuk memahami dampak-dampak yang bisa timbul akibat gangguan ini terhadap kehidupan sehari-hari penderitanya.

Berikut ini beberapa pengaruh yang sering dialami oleh mereka yang hidup dengan kondisi tersebut:

1. Menjauh dari Lingkungan Sosial

Setiap orang tentu memiliki sisi lemah dalam dirinya, termasuk mereka yang sedang berjuang dengan gangguan ini. 

Salah satu dampak yang kerap muncul adalah kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sekitar. Hal ini bisa dipicu oleh rasa tidak nyaman terhadap interaksi sosial yang ada di sekelilingnya.

Minimnya konsistensi dalam membangun hubungan sosial, perasaan emosional yang tidak stabil, serta kecenderungan mengalami depresi membuat seseorang merasa semakin terasing. 

Bahkan, jika mereka menghadapi suatu kegagalan, perasaan seperti dijauhkan dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain akan semakin terasa.

2. Sulit Mengendalikan Perasaan

Kemampuan untuk mengenali dan mengatur emosi adalah proses yang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Ketika seseorang kesulitan mengelola emosinya, hal ini bisa berdampak besar pada kehidupan sosialnya.

Penting bagi mereka yang mengalami gangguan ini untuk mendapatkan dukungan dalam mengembangkan respons positif terhadap perasaan dan tindakan mereka, salah satunya melalui hubungan sosial yang sehat.

Tanpa adanya dukungan tersebut, pemikiran negatif akan lebih mudah muncul dan memperburuk kecenderungan untuk mengisolasi diri, bahkan sampai kehilangan kemampuan bersosialisasi secara optimal.

3. Ketergantungan terhadap Pengobatan

Ada beragam jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk menangani kondisi ini. Pilihan obat umumnya disesuaikan dengan gejala dan fase yang sedang dialami, baik saat berada dalam kondisi penuh semangat atau saat merasa terpuruk.

Namun, penderita perlu mengetahui sejauh mana pengobatan itu diperlukan secara terus-menerus. Hal ini tentunya harus berdasarkan penilaian profesional medis yang merawatnya. 

Beberapa orang mungkin akan terus mengonsumsi obat meskipun gejalanya sudah tidak muncul, yang kemudian menimbulkan potensi ketergantungan.

Oleh sebab itu, jika gejala sudah tidak tampak lagi, disarankan untuk berkonsultasi kembali kepada tenaga medis guna memastikan apakah perlu melanjutkan pengobatan atau tidak. 

Pengawasan secara berkala sangat penting untuk mencegah risiko ketergantungan dan memastikan kondisi tetap stabil.

4. Risiko Melukai Diri Sendiri

Salah satu konsekuensi paling serius yang bisa muncul adalah kecenderungan untuk mengakhiri hidup, terutama saat berada di fase emosional yang sangat rendah. 

Pikiran yang mengarah pada keinginan mengakhiri hidup menjadi salah satu risiko yang kerap terjadi dan tidak bisa dianggap sepele.

Oleh karena itu, dukungan emosional dari orang terdekat sangat diperlukan. Keluarga dan sahabat berperan penting dalam memberikan rasa aman, kepercayaan, dan perhatian yang bisa membangkitkan kembali semangat hidup.

Selain itu, penting juga bagi penderita untuk mendapatkan bantuan dari profesional di bidang psikologi agar mereka bisa mengatasi tekanan mental yang dialaminya dengan cara yang lebih sehat dan tidak membahayakan dirinya.

Pengobatan Gangguan Bipolar

Penyakit ini tergolong sebagai kondisi mental yang dapat bertahan seumur hidup dan memunculkan gejala secara tidak terduga. 

Oleh karena itu, upaya penanganannya harus dilakukan secara berkelanjutan dan dalam jangka panjang agar individu yang mengalaminya dapat mengelola kondisinya dengan baik.

Bagi kamu yang ingin memahami lebih jauh tentang metode penanganan yang efektif untuk orang dengan kondisi ini, terutama jika memiliki kerabat atau teman yang mengalaminya, penjelasan berikut bisa menjadi panduan awal.

1. Mengandalkan Obat-obatan Khusus

Beberapa jenis obat yang sering digunakan dalam menangani kondisi ini meliputi penstabil suasana hati, antipsikotik, dan obat untuk mengatasi depresi. 

Dalam beberapa kasus, dokter juga akan meresepkan obat tidur atau penenang bagi pasien yang mengalami gangguan istirahat.

Namun, sangat disarankan agar mereka yang menjalani pengobatan tidak menghentikannya secara sepihak tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga medis. 

Menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba dapat memicu kambuhnya gejala atau bahkan memperparah kondisi yang sedang dialami.

2. Terapi Psikologis

Terapi yang melibatkan sesi percakapan dengan tenaga ahli juga kerap menjadi bagian penting dari strategi penanganan. 

Jenis terapi ini bertujuan untuk membantu pasien mengenali dan mengatasi pola pikir, perasaan, serta perilaku yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Terapi ini tidak hanya membantu individu yang mengalami gangguan, tetapi juga memberikan wawasan serta dukungan emosional bagi keluarga agar dapat mendampingi dengan cara yang tepat.

3. Terapi Kejut Listrik (ECT)

Metode ini melibatkan stimulasi otak dengan menggunakan arus listrik yang dikombinasikan dengan anestesi. 

Meskipun terkesan ekstrem, prosedur ini dinilai cukup aman dan sering kali digunakan bagi mereka yang mengalami gejala berat serta tidak merespons baik terhadap metode pengobatan lainnya.

Biasanya, terapi ini ditujukan untuk meredakan fase-fase emosional ekstrem seperti depresi mendalam atau kondisi penuh gairah yang berlebihan, ketika pengobatan konvensional tidak memberikan hasil.

4. Stimulasi Magnetik Transkranial (TMS)

Ini adalah metode penanganan yang lebih modern dengan menggunakan gelombang magnetik untuk merangsang aktivitas di area tertentu pada otak. 

Sejumlah studi menyebutkan bahwa pendekatan ini efektif dalam membantu individu yang mengalami berbagai bentuk depresi.

Meski demikian, penggunaan metode ini dalam konteks kondisi mental tertentu seperti ini masih memerlukan riset tambahan untuk memastikan efektivitasnya secara menyeluruh.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian bipolar, kita bisa lebih peduli dan membantu orang-orang di sekitar yang mungkin sedang berjuang melawan gangguan tersebut.

Bru

Bru

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!

11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!

20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri

20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri

19 Makanan Khas Solo yang Enak dan Lagi Hits

19 Makanan Khas Solo yang Enak dan Lagi Hits

11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!

11 Aplikasi Pelacak Lokasi Pasangan Akurat, Tanpa Ketahuan!

20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri

20 Rekomendasi Terbaik Kado Ulang Tahun Untuk Suami dan Istri