Kamis, 11 September 2025

Transisi Moda Transportasi di Mojokerto, dari Perahu Air Beralih ke Kereta Api

Transisi Moda Transportasi di Mojokerto, dari Perahu Air Beralih ke Kereta Api
Transisi Moda Transportasi di Mojokerto, dari Perahu Air Beralih ke Kereta Api

JAKARTA - Moda transportasi di Mojokerto telah mengalami transformasi besar selama berabad-abad, mencerminkan dinamika sosial, geografis, dan perkembangan teknologi yang terus berubah dari masa ke masa. Berawal dari pemanfaatan perahu sebagai sarana utama mobilitas masyarakat, Mojokerto kini telah berkembang menjadi wilayah dengan sistem transportasi darat yang semakin modern.

Keberadaan Sungai Brantas, yang membelah wilayah Mojokerto, telah memainkan peranan penting dalam sejarah transportasi daerah ini. Sungai ini tidak hanya menjadi sumber air bagi masyarakat, namun juga jalur utama pergerakan orang dan barang sejak era pra-kemerdekaan, bahkan diyakini telah digunakan sejak zaman Kerajaan Majapahit.

“Keberadaan Sungai Brantas yang melintas di wilayah Mojokerto menjadikan perahu sebagai salah satu sarana transportasi masyarakat. Bahkan, keberadaannya diperkirakan telah eksis sejak masa Kerajaan Majapahit,” ungkap narasumber berdasarkan data sejarah transportasi lokal.

Baca Juga

Prabowo Subianto Fokus Perluas Lapangan Kerja Nasional

Sungai Brantas: Nadi Transportasi Zaman Dulu

Pada masa lampau, sebelum hadirnya jalan beraspal dan kendaraan bermotor, masyarakat Mojokerto sangat bergantung pada Sungai Brantas. Perahu menjadi alat vital yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti mengangkut hasil panen, berdagang, atau bahkan berpindah dari satu desa ke desa lain.

Perahu kayu sederhana, yang dikayuh secara manual atau menggunakan layar, merupakan moda yang lazim digunakan. Kecepatan dan kapasitasnya memang terbatas, namun pada masanya, moda ini sangat relevan dan efisien, terlebih karena daerah Mojokerto memiliki bentang alam yang cukup datar dan jaringan sungai yang luas.

Para ahli sejarah menyebut bahwa sungai ini kemungkinan besar juga digunakan oleh armada Majapahit untuk mengatur logistik dan ekspedisi militer. Sungai-sungai besar seperti Brantas menjadi jalur strategis yang menghubungkan pusat kekuasaan dengan daerah-daerah penyangga.

Transisi ke Transportasi Darat

Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan mobilitas, Mojokerto memasuki fase transformasi ke moda transportasi darat. Hal ini ditandai dengan pembangunan jalan-jalan raya, baik jalan tanah, jalan kerikil, hingga jalan beraspal yang mulai dibangun pada masa kolonial Belanda.

Perubahan ini mendorong pergeseran pola mobilitas masyarakat. Perahu yang sebelumnya menjadi tulang punggung pergerakan mulai tergeser oleh gerobak sapi, dokar (delman), dan kemudian sepeda ontel, sebagai moda angkutan baru yang digunakan untuk menempuh perjalanan darat antarkampung atau menuju pusat kota.

Infrastruktur jalan semakin diperluas pada dekade-dekade berikutnya, terlebih setelah Indonesia merdeka. Pemerintah pusat maupun daerah mulai gencar membangun sarana transportasi darat yang lebih representatif demi menunjang pertumbuhan ekonomi dan pemerataan akses wilayah.

Perkembangan Transportasi di Era Modern

Memasuki abad ke-21, Mojokerto telah sepenuhnya beralih ke sistem transportasi darat modern. Jalan-jalan besar kini menghubungkan antarwilayah dengan mulus. Moda transportasi seperti angkutan kota (angkot), bus antarkota, ojek konvensional, hingga transportasi online kini mendominasi pergerakan masyarakat.

Kehadiran moda transportasi berbasis digital seperti Gojek dan Grab juga turut mengubah pola konsumsi masyarakat terhadap jasa transportasi. Kemudahan akses, kecepatan layanan, dan biaya yang kompetitif membuat masyarakat Mojokerto kini memiliki lebih banyak pilihan untuk berpergian.

Di sisi lain, moda transportasi kereta api yang melewati Mojokerto juga terus diperbaiki. Stasiun Mojokerto kini menjadi salah satu titik penting dalam jalur kereta api lintas Jawa, yang menghubungkan Surabaya, Jombang, Madiun, hingga Jakarta. Mobilitas warga yang dahulu tergantung pada sungai, kini sepenuhnya terintegrasi dengan jaringan rel dan jalan darat nasional.

“Transformasi ini menunjukkan bahwa Mojokerto telah mengikuti irama perubahan zaman, di mana transportasi kini tidak hanya menjadi kebutuhan, tapi juga bagian dari gaya hidup,” ungkap seorang pemerhati transportasi lokal.

Efek Sosial dan Ekonomi dari Perubahan Moda Transportasi

Perubahan moda transportasi di Mojokerto tidak hanya berdampak pada aspek teknis atau infrastruktur, tetapi juga pada struktur sosial ekonomi masyarakat. Masyarakat yang dulu hidup dalam pola ekonomi sungai, seperti nelayan air tawar dan tukang perahu, kini beralih ke profesi baru yang lebih relevan dengan perkembangan transportasi darat.

Sebaliknya, muncul lapangan kerja baru seperti sopir angkot, ojek, serta driver transportasi online yang membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat perkotaan dan pinggiran. Mobilitas yang semakin cepat juga mendorong laju perdagangan lokal, wisata, dan pertumbuhan kawasan pemukiman baru di sekitar jalur-jalur transportasi utama.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa hilangnya peran sungai sebagai moda transportasi utama juga menyisakan tantangan tersendiri, seperti kurangnya perhatian terhadap kebersihan sungai, serta degradasi fungsi sungai sebagai jalur air bersih dan cadangan ekosistem alami.

Upaya Pelestarian Jejak Transportasi Sungai

Meskipun peran perahu telah tergantikan oleh moda darat, sejumlah komunitas dan pemerhati sejarah di Mojokerto tetap berupaya menjaga memori kolektif masyarakat tentang pentingnya transportasi sungai di masa lalu. Beberapa desa yang masih mempertahankan tradisi perahu wisata atau lomba perahu menjadi upaya untuk menjaga warisan budaya dan sejarah transportasi sungai agar tidak hilang sepenuhnya.

Pemerintah daerah juga diharapkan dapat merancang program revitalisasi sungai sebagai bagian dari identitas sejarah Mojokerto. Integrasi antara jalur wisata, edukasi sejarah, dan pelestarian lingkungan menjadi langkah yang potensial dalam menghidupkan kembali fungsi sungai, meskipun bukan sebagai moda utama, tetapi sebagai ruang publik dan cagar budaya.

Transformasi transportasi di Mojokerto dari perahu di Sungai Brantas menuju moda darat modern mencerminkan dinamika perubahan masyarakat yang adaptif terhadap zaman. Dari era Majapahit hingga era digital, Mojokerto telah menunjukkan kemampuannya dalam mengikuti arus modernisasi, sembari tetap menyimpan jejak sejarah panjang tentang bagaimana mobilitas telah membentuk kehidupan dan budaya warganya.

Dengan infrastruktur yang semakin maju dan pilihan moda transportasi yang kian beragam, Mojokerto kini berdiri sebagai kota yang mampu menyeimbangkan antara warisan sejarah dan tuntutan masa depan. Namun, penting bagi semua pihak untuk tetap menjaga nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal agar tidak terlindas oleh roda zaman yang terus bergerak cepat.

Wildan Dwi Aldi Saputra

Wildan Dwi Aldi Saputra

teropongbisnis.id adalah media online yang menyajikan berita sektor bisnis dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia

Sinergi BRIN dan UBSI Dorong Riset Inovasi Indonesia

Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery

Yamaha Uji Pasar Kendaraan Listrik Swap Battery

Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global

Jepang Masih Jadi Destinasi Wisata Favorit Global

BMKG Ingatkan Warga Jawa Timur Waspadai Cuaca Ekstrem

BMKG Ingatkan Warga Jawa Timur Waspadai Cuaca Ekstrem

Harga Sembako Jawa Timur Hari Ini Stabil Terkendali

Harga Sembako Jawa Timur Hari Ini Stabil Terkendali