Memahami fungsi amnion sangat penting bagi setiap ibu hamil, karena bagian ini memiliki peran vital dalam proses kehamilan.
Amnion merupakan cairan ketuban yang terbentuk selama masa kehamilan. Cairan ini biasanya tampak bening kekuningan dan mulai muncul dalam dua hari pertama setelah terjadinya pembuahan, berada dalam kantung ketuban yang menyelubungi janin.
Dalam pandangan Harjono, ketuban merupakan sebuah membran yang membungkus janin. Membran ini tergolong ekstra-embrional, artinya berada di luar embrio namun tetap memiliki peran penting.
Meski tipis, struktur ketuban cukup kuat karena membungkus bagian korion dan mengelilingi embrio yang berkembang menjadi janin, serta berisi cairan amnion sebagai pelindung di sekelilingnya.
Untuk memahami lebih dalam mengenai fungsi amnion, penting untuk mengetahui bagaimana peran dan mekanisme kerja cairan ini dalam mendukung tumbuh kembang janin selama kehamilan.
Apa Itu Amnion?
Selaput ketuban memiliki dua lapisan utama, yaitu bagian dalam yang disebut amnion dan bagian luar yang dinamakan korion.
Amnion adalah lapisan terdekat dengan cairan ketuban dan memiliki peran penting dalam menjaga kekuatan serta elastisitas dari keseluruhan membran ketuban.
Jaringan amnion inilah yang menjadi penentu utama dalam memberikan daya tahan terhadap tekanan yang dapat menyebabkan robekan.
Oleh karena itu, pembentukan struktur penyusun amnion sangat vital untuk menjaga keutuhan kantung ketuban selama masa kehamilan.
Selaput ini memiliki fungsi utama dalam melindungi kantung ketuban serta menutup bagian punggung janin. Pada awal kehamilan, cairan ketuban terbentuk dari air yang dihasilkan oleh tubuh ibu.
Memasuki usia kehamilan 13 minggu, cairan ini mulai diminum oleh janin. Proses ini terus berlanjut hingga trimester ketiga, di mana janin menelan cairan ketuban dan mengeluarkannya kembali melalui urine.
Menurut informasi dari sumber terpercaya, jumlah cairan ketuban di dalam rahim menjadi indikator penting kondisi kesehatan bayi. Jika volume cairannya terlalu sedikit, hal tersebut bisa menandakan adanya gangguan pada fungsi ginjal janin.
Sebaliknya, apabila jumlahnya terlalu banyak, hal ini dapat menunjukkan adanya hambatan dalam kemampuan menelan janin.
Dengan demikian, kadar cairan ketuban memegang peranan penting dalam keberlangsungan kehamilan serta pertumbuhan janin. Selain sebagai pelindung, cairan ketuban juga memiliki manfaat lain yang sangat penting.
Cairan ini mendukung perkembangan paru-paru dan tulang janin, menjaga kestabilan suhu di dalam rahim, serta menghindarkan tekanan berlebih pada tali pusat.
Manfaat tersebut diperoleh karena kandungan nutrisi dan antibodi yang dimilikinya dapat membantu mencegah terjadinya infeksi. Komposisi utama cairan ini adalah air yang membentuk sekitar 98% dari keseluruhannya.
Sisa kandungannya meliputi garam-garam anorganik, zat organik, rambut halus dari janin yang disebut lanugo, sel-sel epitel, serta lapisan pelindung kulit janin yang dikenal sebagai verniks kaseosa.
Fungsi Amnion
Fungsi amnion sangat penting karena cairan ini tidak ada tanpa tujuan. Beberapa peran utama cairan tersebut dijelaskan dalam sumber terpercaya sebagai berikut.
Melindungi Posisi Janin
Peran utama cairan ketuban adalah memberikan perlindungan bagi janin saat berada dalam situasi berisiko, seperti ketika ibu mengalami jatuh atau terpeleset.
Cairan ini berfungsi sebagai bantalan yang menjaga janin dari benturan maupun tekanan dari luar rahim.
Menjamin Pasokan Oksigen
Selain itu, cairan ini membantu menjaga suplai oksigen yang berasal dari tali pusar agar tetap optimal untuk janin. Cairan ketuban juga mendukung fungsi paru-paru bayi tetap berjalan dengan baik.
Di samping itu, cairan ini bertindak sebagai pelindung dari potensi infeksi yang dapat berasal dari ibu atau makanan yang dikonsumsi.
Menstabilkan Kondisi Janin
Cairan tersebut juga menjaga suhu di dalam rahim agar tetap stabil sehingga memberikan kenyamanan bagi janin. Hal ini membantu pergerakan janin sekaligus mendukung perkembangan tulang dan ototnya.
Selain itu, cairan ketuban turut menjaga kesehatan sistem pencernaan dan pernapasan janin selama berada di dalam kandungan.
Memberikan Ruang untuk Bergerak
Selama masa kehamilan, cairan ini menyediakan ruang gerak yang cukup untuk janin. Selain itu, cairan tersebut juga menjaga agar tali pusar tidak tertekan atau terjepit di antara janin dan dinding rahim.
Oleh karena itu, menjaga agar produksi cairan ketuban tetap optimal sangatlah penting.
Mencegah Terjadinya Infeksi
Cairan ketuban memiliki peran dalam melindungi janin dari risiko infeksi. Di dalamnya terkandung sel-sel yang berfungsi membangun sistem kekebalan tubuh untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi.
Mendukung Pertumbuhan Paru-paru
Janin mulai belajar bernapas dengan cara menelan cairan ketuban, yang dimulai pada usia kehamilan sekitar 10 hingga 11 minggu.
Saat mencapai usia 32 minggu, janin mulai berlatih mengembang dan mengempiskan paru-paru. Paru-paru dianggap matang sepenuhnya saat usia kehamilan mencapai 36 minggu.
Membantu Perkembangan Sistem Pencernaan
Selama di dalam kandungan, janin berlatih menelan dan meminum cairan ketuban, yang kemudian dikeluarkan dalam bentuk urine untuk menjaga volume cairan tetap seimbang.
Kesulitan menelan cairan ini dapat menyebabkan penumpukan berlebih, yang mengindikasikan adanya gangguan pada sistem pencernaan janin.
Mendukung Pertumbuhan Otot dan Tulang
Kantung ketuban memberikan ruang yang cukup bagi janin untuk bergerak. Gerakan bayi dalam rahim membantu merangsang pertumbuhan otot dan tulang dengan optimal.
Struktur Amnion
Menurut penjelasan dari Ketut Surya dan rekan-rekannya dalam buku mengenai kondisi pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya, dikemukakan bahwa bagian amnion yang berada di dalam tubuh manusia terbentuk dari lima susunan lapisan.
Seluruh lapisan tersebut tidak mengandung pembuluh darah maupun serabut saraf. Susunan yang pertama berada paling dekat dengan bayi yang sedang berkembang, disebut epitel amnion.
Pada bagian ini, sel-sel yang terdapat di dalamnya menghasilkan kolagen tipe III dan IV.
Selain itu, sel-sel ini juga memproduksi glikoprotein non-kolagen, seperti laminin, nidogen, serta fibronektin, yang berperan penting dalam membentuk lapisan dasar dari struktur amnion itu sendiri.
Lapisan kedua dinamakan kompakta. Fungsinya adalah menjaga stabilitas struktur amnion melalui keberadaan kolagen interstisial tipe I dan III.
Sementara itu, kolagen tipe V dan VI bertugas menghubungkan serat kolagen dengan lapisan dasar dari epitel amnion.
Lapisan ketiga memiliki sebutan fibroblast dan menjadi yang paling tebal dibandingkan dengan lapisan lainnya. Di dalamnya terdapat sel-sel mesenkim serta makrofag.
Kolagen yang ada pada lapisan ini membantu menjadikan jaringan menjadi lebih longgar melalui kerja sama dengan glikoprotein non-kolagen.
Selanjutnya, terdapat lapisan keempat yang dikenal sebagai intermediate. Lapisan ini kerap disebut pula sebagai lapisan spons karena letaknya berada di antara bagian amnion dan korion.
Memiliki sifat yang elastis, lapisan ini berguna dalam meredam tekanan yang terjadi di sekitarnya.
Terakhir, ada lapisan kelima yang disebut korion. Meski demikian, dalam banyak kasus, lapisan ini sering dianggap terpisah dari amnion meskipun masih satu kesatuan struktur dengan fungsi tertentu dalam sistem pelindung janin.
Penyebab Ketidaknormalan Kadar Amnion
Oligohidramnion adalah situasi di mana jumlah cairan ketuban berada di bawah batas normal. Sebaliknya, kondisi yang terjadi saat cairan ketuban melebihi jumlah wajar dikenal sebagai polihidramnion.
Berdasarkan informasi dari salah satu sumber medis daring, terdapat sejumlah faktor yang bisa menyebabkan kondisi oligohidramnion, antara lain:
- Adanya hambatan pada pertumbuhan janin selama masa kehamilan.
- Tekanan darah tinggi yang berlangsung dalam jangka panjang.
- Gangguan pada plasenta, termasuk kondisi seperti lepasnya plasenta sebelum waktunya.
- Komplikasi kehamilan seperti preeklamsia.
- Penyakit metabolik seperti diabetes.
- Penyakit autoimun seperti lupus.
- Hamil lebih dari satu janin, misalnya pada kehamilan kembar.
- Adanya kelainan bawaan, termasuk gangguan pada organ ginjal janin.
- Proses persalinan yang terjadi setelah melewati waktu yang seharusnya.
Di sisi lain, berikut adalah penyebab umum dari polihidramnion pada ibu yang sedang hamil:
- Gangguan pada saluran pencernaan janin, seperti penyumbatan usus dua belas jari atau kerongkongan, serta kondisi seperti gastroskisis dan hernia diafragma.
- Masalah pada sistem saraf pusat atau otak, seperti kondisi anensefali dan distrofi miotonik.
- Gangguan pertumbuhan tulang seperti achondroplasia.
- Gangguan irama jantung pada janin.
- Infeksi yang menyerang selama kehamilan.
- Kelainan genetik seperti sindrom Beckwith-Wiedemann yang memengaruhi pertumbuhan janin.
- Gangguan perkembangan paru-paru pada bayi dalam kandungan.
- Perbedaan golongan darah antara ibu dan bayi, contohnya ketidakcocokan rhesus atau penyakit terkait antibodi seperti Kell.
- Kondisi kadar gula darah ibu yang tidak dikelola dengan baik juga dapat meningkatkan risiko cairan ketuban berlebih.
Selain itu, jumlah cairan ketuban yang terlalu banyak juga bisa ditemukan dalam kehamilan dengan lebih dari satu janin, misalnya pada kehamilan kembar dua atau lebih.
Di sisi lain, terdapat sejumlah faktor lain yang juga dapat memicu berkurangnya volume cairan ketuban, yang bisa membahayakan keselamatan janin. Berikut ini penjabaran yang lebih mendalam mengenai beberapa penyebab tersebut.
Konsumsi Obat-obatan
Setiap obat yang dikonsumsi selama masa kehamilan harus mendapat perhatian khusus. Hal ini karena tubuh ibu hamil cenderung lebih sensitif terhadap kandungan obat, yang biasanya digunakan untuk meredakan berbagai keluhan.
Beberapa jenis obat tertentu, seperti yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah, pereda nyeri seperti ibuprofen, serta obat antiinflamasi non-steroid lainnya, memiliki kemungkinan untuk menurunkan volume air ketuban dalam rahim.
Masalah pada Plasenta
Faktor lain yang dapat menyebabkan jumlah cairan ketuban berkurang adalah gangguan yang terjadi pada plasenta.
Gangguan ini dikenal juga dengan istilah insufisiensi plasenta, yaitu kondisi ketika organ yang bertugas mengalirkan nutrisi dan oksigen dari ibu ke janin tiba-tiba tidak bisa menjalankan fungsinya dengan optimal.
Beberapa hal yang dapat memicu gangguan ini antara lain komplikasi kehamilan seperti preeklamsia, penyakit autoimun seperti lupus, diabetes yang muncul selama kehamilan, maupun tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
Kurangnya Asupan Cairan
Selama mengandung, kebutuhan tubuh akan cairan meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, ibu hamil perlu menjaga asupan cairannya agar tidak mengalami kekurangan cairan tubuh.
Jika tubuh mengalami dehidrasi, maka kondisi ini bisa memengaruhi jumlah cairan ketuban yang tersedia. Untuk menjaga volume cairan tetap stabil, sangat penting bagi ibu hamil untuk rutin mengonsumsi air dalam jumlah yang cukup setiap hari.
Kondisi Tubuh yang Terlalu Lelah
Ibu hamil yang mengalami kelelahan berlebihan dapat mengalami penurunan volume cairan ketuban secara perlahan.
Hal ini bisa terjadi karena adanya kebocoran atau rembesan cairan ketuban tanpa disadari. Jika tingkat kelelahan cukup tinggi, hal ini juga bisa berdampak pada perkembangan janin.
Tubuh janin yang tidak mendapat dukungan optimal dari lingkungan cairannya dapat mengalami gangguan pada sistem tubuhnya, karena fungsi organ tidak berjalan secara efisien. Akibatnya, volume cairan pelindung ini terus berkurang.
Gangguan Kesehatan Selama Kehamilan
Beberapa kondisi kesehatan yang dialami oleh ibu saat mengandung juga dapat memengaruhi jumlah air ketuban di dalam rahim.
Misalnya, tekanan darah yang tidak stabil, kadar gula darah yang tinggi, berat badan berlebih, kurang minum, hingga komplikasi seperti preeklamsia.
Untuk mencegah hal ini, penting bagi ibu hamil menjaga kesehatannya secara menyeluruh agar tidak memengaruhi kesejahteraan bayi di dalam kandungan.
Masa Kehamilan yang Melewati Waktu Ideal
Secara alami, volume cairan ketuban mulai berkurang ketika usia kehamilan memasuki minggu ke-36. Setelah melewati minggu ke-42, jumlah cairan ini bisa menjadi sangat minim.
Meski demikian, kondisi seperti ini biasanya tidak dibiarkan berlarut-larut karena dapat membahayakan bayi. Oleh sebab itu, dokter umumnya akan menyarankan proses stimulasi persalinan agar bayi dapat segera dilahirkan dengan aman.
Sebagai penutup, menjaga kesehatan selama kehamilan sangat penting agar fungsi amnion sebagai pelindung dan pendukung tumbuh kembang janin dapat berjalan dengan optimal.